LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI HEWAN
PENENTUAN JUMLAH
ERITOSIT
Pelaksanaan Praktikum : Senin,
13 November 2014
Dosen Asistensi : Dr. Dwi Winarni, M.Si
Di
susun oleh :
1.
FAWAIDUL KHOIR NIM
: 081211431123
2. ALDINO KAMARUDDIN SANTOSO NIM : 081211432005
3. PURNOMO NIM : 081211433002
4.
AHMAD RAFDI WIHARJA NIM
: 081211433013
5.
RADITYO DHARMAWAN NIM
: 081211433042
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2014
A.
TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah
supaya praktikan dapat mempelajari dan memahami prinsip kerja bilik hitung
Improved Neubauer yang digunakan dalam penghitungan jumlah eritrosit.
B.
DASAR
TEORI
Eritrosit merupakan bagian utama dari sel-sel darah.
Setiap mm kubiknya darah pada seorang laki-laki dewasa mengandung kira-kira 5
juta sel darah merah dan pada seorang perempuan dewasa kira-kira 4 juta sel
darah merah. Eritrosit
mempunyai bentuk bikonkaf, seperti cakram dengan garis tengah 7,5 uM dan tidak
berinti. Warna eritrosit kekuning-kuningan dan dapat berwarna merah karena
dalam sitoplasmanya terdapat pigmen warna merah berupa hemoglobin.
Tiap-tiap sel darah merah mengandung 200 juta molekul
hemoglobin. Hemoglobin (Hb) merupakan suatu protein yang mengandung senyawa
besi hemin. Hemoglobin mempunyai fungsi mengikat oksigen di paru-paru dan
mengedarkan ke seluruh jaringan tubuh. Jadi, dapat dikatakan bahwa di paruparu
terjadi reaksi antara hemoglobin dengan oksigen.
Setelah
sampai di sel-sel tubuh, terjadi reaksi pelepasan oksigen oleh Hb.
4 Hb O2
==> 2 Hb2+ 4 O2
Hitung
eritrosit adalah jumlah eritrosit per milimeterkubik atau mikroliter dalah.
Seperti hitung leukosit, untuk menghitung jumlah sel-sel eritrosit ada dua
metode, yaitu manual dan elektronik (automatik). Metode manual hampir sama
dengan hitung leukosit, yaitu menggunakan bilik hitung. Namun, hitung eritrosit
lebih sukar daripada hitung leukosit.
Prinsip hitung eritrosit manual adalah darah
diencerkan dalam larutan isotonis untuk memudahkan menghitung eritrosit dan
mencegah hemolisis. Larutan Pengencer yang digunakan adalah:
·
Larutan Hayem : Natrium sulfat 2.5
g, Natrium klorid 0.5 g, Merkuri klorid 0.25 g, aquadest 100 ml. Pada keadaan
hiperglobulinemia, larutan ini tidak dapat dipergunakan karena dapat
menyebabkan precipitasi protein, rouleaux, aglutinasi.
·
Larutan Gower : Natrium sulfat 12.5
g, Asam asetat glasial 33.3 ml, aquadest 200 ml. Larutan ini mencegah
aglutinasi dan rouleaux.
·
Natrium klorid 0.85 %
Harga Normal
:
·
Dewasa laki-laki : 4.50 –
6.50 (x106/μL)
·
Dewasa perempuan : 3.80 –
4.80 (x106/μL)
·
Bayi baru lahir : 4.30 –
6.30 (x106/μL)
·
Anak usia 1-3 tahun : 3.60 –
5.20 (x106/μL)
·
Anak usia 4-5 tahun : 3.70 –
5.70 (x106/μL)
·
Anak usia 6-10 tahun : 3.80 –
5.80 (x106/μL)
Masa hidup eritrosit hanya sekitar 120 hari atau 4
bulan, kemudian dirombak di dalam hati dan limpa. Sebagian hemoglobin diubah
menjadi bilirubin dan biliverdin, yaitu pigmen biru yang memberi warna empedu.
Zat besi hasil penguraian hemoglobin dikirim ke hati dan limpa, selanjutnya
digunakan untuk membentuk eritrosit baru. Kira-kira setiap hari ada 200.000
eritrosit yang dibentuk dan dirombak. Jumlah ini kurang dari 1% dari jumlah
eritrosit secara keseluruhan.
Penurunan eritrosit dapat
menyebabkan kehilangan darah (perdarahan), anemia, leukemia, infeksi kronis,
mieloma multipel, cairan per intra vena berlebih, gagal ginjal kronis,
kehamilan, hidrasi berlebihan. Peningkatan eritrosit dapat menyebabkan polisitemia vera,
hemokonsentrasi/dehidrasi, dataran tinggi, penyakit kardiovaskuler.
Salah satu penyakit akibat peningkatan eritrost adalah
hipertensi, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak sengaja
beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan
darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit
kepala, perdarahan dari hidung, pusing,
wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita
hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
C.
ALAT
DAN BAHAN
Alat dan bahan yang digunakan dalam
praktikum penentuan jumlah eritrosit adalah sebagai berikut:
-
Bilik hitung Improved
Neubauer
-
Pipet pencampur 1-1o1
(pengenceran 100 kali untuk eritrosit)
-
Mikroskop
-
Darah kapiler
-
Larutan Hayem yang
terdiri dari HgCl2 0,25 g, NaCl 0,5 g, Na2SO4
2,5 dan akuades 100 ml.
-
Alkohol 70% dan kapas
-
Hand
counter
-
Jarum suntik ukuran 1 ml
dan 2,5 ml
D.
CARA
KERJA
1. Menusuk
salah satu ujung jari dengan jarum suntik hingga mengeluarkan darah
2. Menghisap
darah menggunakan kapiler sampai angka 1 pada mikropipet
3. Menghisap
larutan Hayem (yang sudah dituangkan terlebih dahulu ke dalam tabung) sampai
menunjukkan angka 101
4. Melepaskan
pipet karet dari mikropipet kemudian menutup kedua ujung mikropipet dengan jari
dan mengocoknya selama 2 menit
5. Membuang
2-3 tetes cairan pada ujung mikropipet, meletakkan ujung mikropipet dan
menuangkan cairan darah ke Improved Neubauer
6. Mencari
bilik hitung Improved Neubauer di bawah mikroskop
7. Menghitung
semua jumlah eritrosit yang terdapat di dalam bujur sangkar pada masing-masing
pojok.
Jumlah bujur sangkar yang dihitung : 80 kali
Volume tiap bujur sangkar : 1/4000 mm3
Darah yang diencerkan : 100 kali
Jumlah eritrosit yang terhitung : E
Maka jumlah eritrosit per mm3 : E/80 x 4000 x 100
E.
HASIL
PENGAMATAN
Berikut ini adalah tabel hasil penghitungan jumlah eritrosit
masing-masing kelompok :
No
|
Nama
|
Jenis Kelamin
|
Pengamatan
|
Pengamatan
|
||||
I
|
II
|
Rata-rata
|
III
|
IV
|
Rata-rata
|
|||
1.
|
Intan (mencit)
|
♀
|
3.790.000
|
3.930.000
|
3.860.000
|
3.850.000
|
3.740.000
|
3.795.000
|
2.
|
Defi (mencit)
|
♀
|
9.475.000
|
10.550.000
|
10.012.500
|
9.375.000
|
7.525.000
|
8.450.000
|
3.
|
Nafiah (mencit)
|
♀
|
2.110.000
|
3.424.000
|
2.767.000
|
3.648.000
|
3.935.000
|
3.791.500
|
4.
|
Nadia (mencit)
|
♀
|
2.550.000
|
3.400.000
|
2.975.000
|
2.150.000
|
3.600.000
|
2.875.000
|
5.
|
Rudi
|
♂
|
5.710.000
|
3.660.000
|
4.685.000
|
5.680.000
|
4.740.000
|
5.210.000
|
6.
|
Bayu
|
♂
|
9.900.000
|
11.700.000
|
10.800.000
|
12.700.000
|
10.600.000
|
11.650.000
|
7.
|
Lutfi
|
♂
|
6.270.000
|
6.355.000
|
6.312.500
|
5.850.000
|
6.140.000
|
5.995.000
|
8.
|
Rere
|
♀
|
2.630.000
|
2.700.000
|
2.665.000
|
2.340.000
|
2.300.000
|
2.320.000
|
9.
|
Anisa
|
♀
|
3.495.000
|
3.900.000
|
3.697.500
|
3.355.000
|
3.625.000
|
3.490.000
|
10.
|
Tarini
|
♀
|
3.510.000
|
2.990.000
|
3.250.000
|
3.420.000
|
3.270.000
|
3.345.000
|
11.
|
Ryan
|
♂
|
4.360.000
|
2.520.000
|
3.440.000
|
3.110.000
|
3.515.000
|
3.312.500
|
F.
PEMBAHASAN
Eritrosit berasal dari sel prekursor
eritroid yang melalui suatu proses pertumbuhan miotik dan pematangan. Tingkat
oksigenasi jaringan mengatur pembentukan sel-sel darah merah yang mengangkut
oksigen ke jaringan (eritropoesis efektif). Eritropoietin adalah suatu hormon
yang terutama dihasilkan oleh sel-sel interstisium peritubulus ginjal. Hormon
ini merangsang sel-sel progenitor CFU-E untuk mempercepat pertumbuhan dan
meningkatkan pematangan. Jalur spesifik yang mengatur fluktuasi oksigen
jaringan dengan perubahan kadar eritropoietin tidak disimpan di ginjal, fungsi
ginjal dan kadar oksigen merupakan faktor utama yang mengontrol pengeluaran
eritropoietin. Dalam keadaan normal, hanya sejumlah kecil (pikomolar)
eritropoietin yang dijumpai di darah perifer. Rentang eritropoietin normal
adalah 9 sampai 26 unit/mL.
Segala sesuatu yang menurunkan
penyaluran oksigen ke jaringan akan meningkatkan kadar eritropoietin, asalkan
ginjal berfungsi normal. Kadar hemoglobin yang rendah, gangguan pertukaran
oksigen respiratorik, dan gangguan aliran darah merupakan penyebab umum
hipoksia jaringan. Dengan demikian, konsentrasi eritropoietin tinggi pada
sebagian besar anemia, gangguan hemoglobin, penyakit paru, dan gangguan
sirkulasi yang parah.
Kapasitas eritropoietin untuk
menghasilkan eritropoiesis bergantung pada kecukupan pasokan zat-zat gizi dan
mineral (terutama besi, asam folat, dan vitamin B12) ke sumsum
tulang. Apabila sumsum tulang mampu berespons, produksi sel darah merah
meningkat (Ronald, 2004).
Hasil penghitungan
jumlah eritrosit pada darah laki-laki (♀)
Untuk menghitung jumlah eritrosit,
prosedur kerja yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
-
Pengenceran darah 100 kali (menanggulangi
penumpukan eritrosit saat penghitungan dalam bilik hitung Improved Neubauer)
-
Penambahan larutan
Hayem dalam pengenceran (berfungsi untuk melisiskan leukosit yang masih
terdapat dalam sel-sel darah sampel)
-
Eritrosit yang dihitung
adalah pada sel yang terdapat di dalam bujur sangkar kecil (sebanyak 80 kotak
terbagi dalam lima kotak) dengan sisi 1/20 mm atau volume setiap bujur sangkar
1/4000 mm3
-
Cara penghitungan
(diamati pada pembesaran mikroskop 10x40) :
Jumlah bujur sangkar yang dihitung = 80
kali
Volume setiap bujur sangkar = 1/4000 mm3
Darah yang diencerkan =
200 kali
Jumlah eritrosit yang terhitung =
E
Maka jumlah eritrosit per mm3 =
Dalam
praktikum kali ini, penghitungan dilakukan secara duplo yaitu dilakukan dua kali pengulangan.
Berikut adalah data jumlah penghitungan eritrosit pada penghitungan yang
pertama dan kedua kelompok kami :
Kotak ke-
|
Jumlah Eritrosit (E)
♀
|
|
Pertama (E1)
|
Kedua (E2)
|
|
1
|
183
|
96
|
2
|
157
|
100
|
3
|
143
|
95
|
4
|
181
|
89
|
5
|
142
|
112
|
Total
|
806
|
492
|
Dengan hasil data jumlah eritrosit laki-laki yang terhitung diatas maka jumlah eritrosit adalah sebagai berikut :
Penghitungan
pertama :
Jumlah eritrosit per mm3 =
=
=
8060000
= 8.06
/mm3
Penghitungan kedua :
Jumlah eritrosit per mm3 =
=
=
4920000
= 4,92
/mm3
Menurut Ronald (2004), jumlah sel darah
merah atau eritrosit normal untuk laki-laki dewasa adalah sekitar 4,6 x 106
– 6,2 x 106 /mm3. Berdasarkan hasil penghitungan di atas, diperoleh rata-rata dari kedua
penghitungan adalah 6,49 x 106 mm3. Jadi hasil penghitungan eritrosit kelompok kami dengan
literatur memiliki perbedaan yang cukup jauh. Hal ini mungkin saja
disebabkan oleh perbedaan praktikan dalam pengambilan sampel darah dan dalam
melakukan homogenisasi larutan hayem dan sampel sel darah.
G.
KESIMPULAN
1. Penghitungan
jumlah eritrosit atau penentuan jumlah eritrosit dapat dilakukan dengan menggunakan
hemositometer atau bilik hitung Improved Neubauer. Dalam penghitungan eritrosit
ini digunakan 80 kotak pada bilik hitung dan menggunakan larutan Hayem untuk
melisiskan leukosit pada sel darah.
2. Jumlah
eritrosit laki-laki dewasa normal adalah sekitar 4,6 x 106 – 6,2 x
106 /mm3.
3. Rerata
hasil penghitungan eritrosit laki-laki kelompok kami yaitu sejumlah 6,49 x 106 mm3
menunjukkan jumlah eritrosit sudah tidak
dalam kisaran normal.
H.
DAFTAR
PUSTAKA
Ganong
W.F; alih bahasa, Brahm U.Pendit, et al. 1995. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Diterjemahkan oleh Djauhari Widjajakusumah. Jakarta: EGC.
Guyton
AC. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Irawati Setiawan,
Penerjemah. Jakarta: EGC. Terjemahan dari Textbook of Medical Physiology.
Pearse,
E. C. 1989. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia, Jakarta.
Ronald
AS, Richard AMcP, alih bahasa : Brahm U. Pendit dan Dewi Wulandari, editor :
Huriawati Hartanto, Tinjauan klinis hasil
pemeriksaan laboratorium, edisi 11. Jakarta: EGC; 2004.
Soetrisno,
P.E. 1987. Diktat Fisiologi Ternak.
Universitas Jenderal Soedirman,Purwokerto
I.
LAMPIRAN
Menghisap
darah menggunakan kapiler
|
Menghisap
larutan Hayem yang sudah disediakan dalam gelas
|
||||||
Mengocok darah yang bercampur dengan larutan Hayem |
Meneteskan darah yang sudah dikocok ke bilik hitung |
||||||
Mengamati bilik hitung di bawah mikroskop |
Mencari dan menghitung eritrosit dalam 5 kotak bilik hitung
|