Rabu, 12 Maret 2014

KARAKTERISTIK MIKROBA



LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI UMUM
KARAKTERISTIK MIKROBA : MORFOLOGI MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS
Pelaksanaan Praktikum : 18 Oktober  2013







Dosen asistensi :
Drs. Agus Supriyanto, M.Kes.


PROGRAM STUDI S1 BIOLOGI
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2013
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.   Latar Belakang
Kultur murni atau biakan murni sangat berguna didalam mikrobiologi, yaitu untuk menelaah dan mengidentifikasi mikroorganisme, termasuk penelaahan ciri-ciri kultural, morfologis, fisiologis, maupun serologis. Sifat organisme dalam suatu biakan murni dapat dipelajari dengan metode yang amat keras dengan hasil yang sangat akurat karena pengaruh sel hidup yang lain dapat ditiadakan (Volk, 1993).
Karakterisasi terbagi dalam dua tahap yaitu klasifikasi dan identifikasi. Untuk dapat mengidentifikasi dan mengkasifikasi suatu mikroorganisme, maka kita harus mempelajari karakteristik mikroorganisme tersebut terlebih dahulu (Pelczar, 1993). Klasifikasi merupakan pengelompokan mikroba ke dalam suatu kelompok taksonomi tertentu. Teori identifikasi mikroba merupakan perbandingan antara yang tidak diketahui dan yang diketahui. Tingkat keakuratan dari identifikasi bergantung pada ketelitian kerja preparasi seperti pembuatan media, pembuatan reagen dan pewarnaan, dan ketelitian dalam melakukan, mengamati, dan mencatat berbagai uji.
  Prosedur dalam melakukan identifikasi, yaitu pertama kita harus menentukan apakah suatu organisme yang belum dikenal termasuk dalam kelompok besar dari suatu mikroorganisme atau tidak, kedua yang harus dilakukan adalah memurnikan kultur dari mikroorganisme tersebut, ketiga yaitu menentukan tipe pertumbuhan dari organisme tersebut, keempat adalah mempelajari kultur murni tersebut (Frobisher, 1962). Jenis mikroba itu sendiri ada empat yaitu bakteri, khamir, kapang, dan Actinomycetes.
Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukanlah praktikum ini untuk mempelajari cara membedakan karakteristik kultural mikroorganisme dengan baik dan benar. Sehingga diharapkan dapat melakukan identifikasi dan klasifikasi mikroba dalam kelompok taksonominya.
.

1.2.   Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari praktikum ini adalah bagaimanakah cara membedakan karakteristik kultural mikroorganisme?

1.3.    Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat membedakan karakteristik kultural mikroorganisme yang menjadi syarat utama dalam upaya mengidentifikasi dan mengklasifikasi organisme dalam kelompok taksonominya.























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.   Karakterisasi Mikroba
Mikroorganisme memiliki perbedaan penampakan makroskopis dalam perkembangannya apabila ditumbuhkan dalam media yang berbeda-beda. Perbedaan yang terjadi dikarenakan mikroorganisme memiliki karakteristik kultural. Karakteristik kultural digunakan sebagai dasar untuk memisahkan mikroorganisme ke dalam kelompok-kelompok taksonomi.                                       Pada praktikum kali ini, dilakukan pengidentifikasian pada koloni mikroorganisme yang tumbuh pada media nutrient agar cawan. Karakteristik koloni yang tumbuh terpisah dengan baik dapat dievaluasi dengan cirri-ciri sebagai berikut:
1.      Ukuran                 : pinpoint (titik sangat kecil), small (kecil), moderate (sedang), large (lebar).
2.      Pigmentasi           : warna koloni.
3.      Bentuk                
a.       Circular          : tepian yang teratur/tidak patah.
b.      Irregular         : tepian yang berlekuk.
c.       Rhizoid          : pertumbuhan menyebar seperti akar.
4.      Tepi
a.       Entire             : sangat rata
b.      Lobate           : lekukan yang jelas
c.       Undulate        : lekukan seperti gelombang
d.      Serrate           : bergerigi
e.       Filamentous   : seperti benang, tepian menyebar
5.      Elevasi                 : Sudut penonjolan pertumbuhan koloni pada permukaan agar, yang digambarkan sebagai berikut:
a.       Flat                : datar, elevasi tidak nyata.
b.      Raised            : sedikit menonjol.
c.       Convex          : elevasi berbentuk kubah.
d.      Umbonate      : menonjol dengan elevasi konveks di bagian tengah.

2.2.   Bakteri
Bakteri merupakan mikrobia uniseluler yang termasuk dalam kelas Shizomycetes (Soetarto, 2008) dan  merupakan organisme prokariotik yang berukuran mikroskopis sehingga bakteri tidak dapat dilihat langsung oleh mata telanjang tetapi dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop (Waluyo, 2004). Untuk menelaah karakteristik bakteri di laboratorium kita harus dapat menumbuhkannya dalam biakan murni. Untuk melakukan hal ini haruslah dimengerti jenis-jenis nutrient yang disyaratkan oleh bakteri dan juga macam lingkungan fisik yang menyediakan kondisi optimum bagi pertumbuhannya. Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri antara lain temperatur, kelembaban, sinar matahari, zat kimia, antibiotik, logam berat, dan senyawa-senyawa kimia tertentu yang dapat menghambat bahkan mematikan bakteri. Oleh karena itu, kondisi harus disesuaikan sedemikian sehingga menguntungkan bagi bakteri yang sedang ditelaah (Pelczar, 1986). Karena itu untuk mencirikan beberapa kelompok bakteri, janganlah mengharapkan sifat yang sama seperti yang digambarkan dan digunakan secara seragam untuk setiap kelompok. Melainkan akan terlihat bahwa setiap kelompok itu dicirikan oleh sifat-sifat yang paling nyata untuk kelompok tersebut yakni ciri-ciri yang dengan segera memisahkan kelompok-kelompok itu dari yang lainnya.
Dari berbagai macam jenis mikroba, bekterilah yang mempunyai bentuk/morfologi koloni yang variatif, baik bentuk koloni, bentuk elevasi, tepian maupun struktur dalam koloni bakteri (Waluyo, 2011).

2.3.   Khamir
Khamir adalah fungi ekasel (uniselular), organisme eukariota, uniseluler, heterotrof yang termasuk dalam kingdom Eumycota dan keberadaanya tersebar pada berbagai habitat, pada beberapa jenis spesiesnya umum digunakan untuk membuat roti, fermentasi minuman beralkohol, dan bahkan digunakan percobaan sel bahan bakar (Nagahama, 2006). Khamir (yeast) merupakan bentuk fungi berupa sel tunggal dengan pembelahan sel melalui pertunasan (Pratiwi, 2008). Khamir dapat membentuk lapisan filament di atas permukaan medium cair. Produksi pigmen karoteroid menandakan adanya pertumbuhan genus Rhodotorula (Entjang, 2003). Sel khamir mempunyai ukuran yang bervariasi, yaitu dengan panjang 1-5 µm sampai 20-50µm, dan lebar 1-10µm. Sel vegetatif yang berbentuk apikulat atau lemon merupakan karakteristik grup khamir yang ditemukan pada tahap awal fermentasi alami buah-buahan dan bahan lain yang mengandung gula. Sel khamir mempunyai bentuk yang bermacam-macam seperti bulat, oval, silinder, dan bulat. Bentuk-bentuk dari sel khamir tersebut dapat membantu dalam mempermudah untuk pengindentifikasian dari khamir (Fardiaz, 1989).
Khamir pada umumnya diklasifikasikan berdasarkan sifat-sifat fisiologinya dan tidak atas perbedaan morfologinya seperti pada kapang. Beberapa khamir tidak membentuk spora dan digolongkan ke dalam dungi Imperfekti, dan yang lainnya membentuk spora seksual sehingga digolongkan ke dalam Ascomycetes dan Basidiomycetes. Khamir dapat melakukan reproduksi atau perkembangbiakan dengan beberapa cara yaitu : pertunasan, pembelahan, pembelahan tunas, yaitu kombinasi antara pertunasan dan pembelahan sporulasi atau pembetukan spora yang dapat dibedakan atas 2 macam    yaitu : spora aseksual dan spora seksual (Fardiaz, 2002).

2.4.   Kapang
Kapang adalah fungi multiseluler yang mempunyai filamen, dan pertumbuhannya pada makanan mudah dilihat karena penampakkannya yang berserabut seperti kapas. Pertumbuhannya mula-mula akan berwarna putih, tetapi jika spora telah timbul akan terbentuk berbagai warna tergantung dari jenis kapang. Sifat-sifat morfologi kapang baik penampakkan mikroskopik dan makroskopik digunakan dalam identifikasi dan klasifikasi kapang (Hidayat, 2006). Kapang merupakan mikroorganisme yang termasuk dalam anggota Kingdom Fungi yang membentuk hifa. Kapang bukan merupakan kelompok taksonomi yang resmi, sehingga anggota-anggota dari kapang tersebar ke dalam filum Glomeromycota, Ascomycota, dan Basidiomycota. Menurut Fardiaz (1992), kapang terdiri dari suatu thallus yang tersusun dari filamen yang bercabang yang disebut hifa. Kumpulan dari hifa membentuk suatu jalinan yang disebut miselium. Setiap hifa memiliki lebar 5-10 µm (Pelczar, 1986).

2.5.   Actinomycetes
     Actinomycetes adalah nama kolektif untuk delapan suku bakteri yang berbeda yang tumbuh sebagai filamen sel yang bercabang panjang atau pendek dan termasuk bakteri gram positif yang memiliki rentang distribusi yang luas di alam. Actinomycetes adalah bakteri yang tidak tahan asam, memiliki filamen diawal pertumbuhannya. Actinomycetes dapat bersifat anaerob fakultatif dan mampu memfermentasikan karbohidrat.                                         Actinomycetes mempunyai beberapa manfaat yaitu mendekomposisi bahan organik, menghasilkan antibiotik yang dapat menghambat bahkan mematikan mikroba lainnya (khususnya yang pathogen), mengikat struktur tanah liat sehingga dapat memperbaiki sifat fisik tanah, dan dapat menghilangkan bau, dengan zat-zat metabolik yang dikeluarkannya.                 Selain itu Actinomycetes memegang peranan penting dalam  proses biodegradasi  senyawa polimer dan memobilisasi unsur hara makro dan mikro, sehingga berperan sentral dalam menjaga kestabilan ekosistem (Nurkanto, 2008). Populasi dan jenis Actinomycetes terbanyak dijumpai di tanah, sehingga Actinomycetes dianggap sebagai bakteri tanah.
                                                                                    






BAB III
METODE  PRAKTIKUM

3.1.   Waktu dan Tempat Praktikum
Tempat : Ruang 226 Fakultas Sains dan Teknologi Kampus C Universitas Airlangga
Tanggal : 18 Oktober 2013
Pukul     : 13.00-14.40

3.2.   Alat dan bahan
3.2.1.   Bahan
a.       Kultur Pseudomonas aeruginosa, Micrococcus luteus, Escherichia coli, Bacillus cereus, dan Mycobacterium smegmatis.
b.      Nutrient agar cawan.
3.2.2.   Alat
a.       Bunsen
b.      Jarum inokulasi
c.       Loop
d.      Tusuk

3.3.   Prosedur Kerja
1.      Memberi label masing-masing cawan petri dengan nama organisme yang akan diinokulasikan.
2.      Melakukan inokulasi dengan teknik steril pada media nutrient agar cawan. Dengan loop steril, menginokulasikan mikroorganisme dengan cara metode gores untuk mendapatkan koloni yang terpisah.
3.      Menginkubasi semua kultur pada temperature 37ºC selama 24 hingga 48 jam.
4.      Membedakan karakteristik kultural mikroorganisme pada media yang telah ditanami.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Mikroorganisme apabila ditumbuhkan pada bermacam-macam jenis media, akan menghasilkan perbedaan dalam penampakan makroskopis pertumbuhannya. Perbedaan-perbedaan ini disebut karakteristik kultural dan digunakan sebagai dasar untuk memisahkan mikroorganisme ke dalam kelompok-kelompok taksonomi.
Pada praktikum kali ini, mikroorganisme tersebut ditumbuhkan dalam media nutrient agar cawan. Berdasarkan hasil pengamatan, tiap mikroorganisme memiliki ciri-ciri yang khas, walaupun sama jenis mikrobanya. Misalnya antara Rhizopus dengan Aspergillus Oryzae, yang sama-sama termasuk ke dalam mikroba jenis kapang. Pada Rhizopus diketahui bahwa koloni mempunyai tekstur seperti kapas dan berwarna putih. Sedangkan pada Aspergillus Oryzae mempunyai tekstur seperti granular (butiran) dan berwarna hijau pada permukaan atas (top), serta kuning-oranye pada permukaan bawah (reverse).
Berikut adalah penjelasan karakteristik morfologi makroskopis pada tiap mikroorganisme:
No.
Gambar
Nama
Karakteristik
1.
Escherichia coli
·    Tekstur : Licin mengkilap
·    Ukuran : Small (kecil)
·    Pigmentasi : Hijau metalik
·    Bentuk koloni : Circular (tepian teratur)
·    Tepi : Entire (sangat rata)
·    Elevasi : convex (elevasi berbentuk kubah)
2.
Bacillus cereus
·    Tekstur : Berlekuk
·    Ukuran : large (lebar)
·    Pigmentasi : Krem
·    Bentuk koloni : Irregular (tepian yang berlekuk)
·    Tepi : Lobate (lekukan yang jelas)
·    Elevasi : Raised (sedikit menonjol)
3.
Pseudomonas aeruginosa
·    Tekstur : Licin mengkilap
·    Ukuran : moderate (sedang)
·    Pigmentasi : Hijau
·    Bentuk koloni : Circular (tepian teratur)
·    Tepi : Entire (sangat rata)
·    Elevasi : Flat (datar, elevasi tidak nyata)
4.
Saccharomyces cereviceae
·    Tekstur : Kusam
·    Ukuran : Small (kecil) oval terdapat budding
·    Pigmentasi : Putih
·    Bentuk koloni : Circular (tepian teratur)
·    Tepi : Entire (sangat rata)
·    Elevasi : Raised (sedikit menonjol)
5.


Rhizopus sp.
·    Tekstur : Seperti kapas
·    Ukuran : Large (lebar)
·    Pigmentasi : Putih
·    Bentuk koloni : Rhizoid (menyebar seperti akar)
·    Tepi : Filamentous (seperti benang tepian menyebar)
·    Elevasi : Convex (elevasi berbentuk kubah)
·    Zonasi : Tidak ada
·    Cleavage furrow : Tidak ada
6.
Aspergillus oryzae
·    Tekstur : Granular (seperti butiran)
·    Ukuran Moderate (sedang)
·    Pigmentasi : hijau (top), kuning-oranye (reverse)
·    Bentuk koloni : Rhizoid (menyebar seperti akar)
·    Tepi : Filamentous (seperti benang tepian menyebar)
·    Elevasi : convex (elevasi berbentuk kubah)
·    Zonasi : Ada
·    Cleavage furrow : Tidak ada
7.
Actinomycetes
·    Tekstur : Bludru
·    Ukuran : Moderate (sedang)
·    Pigmentasi : Putih
·    Bentuk koloni : Rhizoid (menyebar seperti akar)
·    Tepi : Filamentus (seperti benang tepian menyebar)
·    Elevasi : convex (elevasi berbentuk kubah)




Sedangkan karakteristik morfologi mikroskopis tiap mikroorganisme antara lain sebagai berikut:
a.       Escherichia coli
E.Coli.jpg
Gambar mikroskopik Escherichia coli
Escherichia coli merupakan bakteri  dari kelompok gram negatif, berbentuk batang dari pendek sampai kokus, saling terlepas antara satu dengan yang lainnya tetapi ada juga yang bergandeng dua-dua (diplobasil) dan ada juga yang bergandeng seperti rantai pendek, tidak membentuk spora maupun kapsula, berukuran 0,4 – 0,7 µm x 1-3 µm. Bakteri ini bersifat pathogen dan banyak ditemukan pada saluran pencernaan manusia, tetapi saat berada di lingkungan, bakteri pembusuk ini berfungsi sebagai pengurai dan penyedia nutrisi bagi tumbuhan (Sri, 2010).
b.      Bacillus cereus
Bacillus.jpg
Gambar mikroskopik Bacillus cereus
Bacillus cereus merupakan bakteri gram positif dengan sel batang berukuran 0,3-22x1,27-7 πm, aerob fakultatif (dapat menggunakan oksigen tetapi dapat juga menghasilkan energi secara anaerobik), dan dapat membentuk spora (endospora). Spora Bacillus cereus lebih tahan pada panas kering daripada pada panas lembab dan dapat bertahan lama pada produk yang kering dan tidak membengkakkan sporangiumnya (Vecci dan Drago, 2006). Bakteri ini dapat ditemukan di tanah, pada sayuran maupun produk pangan (Tay, 1982).
c.       Pseudomonas aeruginosa
Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri hidrokarbonoklastik yang mampu mendegradasi berbagai jenis hidrokarbon termasuk bakteri gram negatif, berbentuk batang dengan ukuran sekitar 0,6 x 2 μm. Bakteri ini bersifat aerob, katalase positif, oksidase positif, tidak mampu memfermentasi tetapi dapat mengoksidasi glukosa/karbohidrat lain, tidak berspora, tidak mempunyai selubung (sheat), berkapsul dan mempunyai flagel monotrika (flagel tunggal pada kutub) sehingga selalu bergerak, serta merupakan patogen utama bagi manusia dan disebut disebut patogen oportunistik, yaitu memanfaatkan kerusakan pada mekanisme pertahanan inang untuk memulai suatu infeksi.
d.      Saccharomyces cerevisiae
Saccharomyces cerevisiae merupakan fungsi mikroskopis, bersel tunggal dan tidak memiliki badan buah, sering disebut sebagai ragi, khamir, atau yeast. S. cerevisiae dimanfaatkan dalam pembuatan roti, tape, peuyeum, minuman anggur, bir, dan sake. Proses yang terjadi dalam pembuatan makanan tersebut adalah fermentasi.
Sel-sel Saccharomyces cerevisiae dapat bertunas sehingga membentuk rantai sel yang menyerupai hifa atau hifa semu. Saccharomyces cerevisiae dapat berkembang biak secara seksual dan aseksual.Perkembangbiakan aseksual diawali dengan menonjolnya dinding sel ke luar membentuk tunas kecil. Tonjolan membesar dan sitoplasma mengalir ke dalamnya sehingga sel menyempit pada bagian dasarnya. Selanjutnya nukleus dalam sel induk membelah secara mitosis dan satu anak inti bergerak ke dalam tunas tadi. Sel anak kemudian memisahkan diri dari induknyaatau membentuk tunas lagi hingga membentuk koloni. Dalam keadaan optimum satu sel dapat membentuk koloni dengan 20 kuncup. Perkembangbiakan seksual terjadi jika keadaan lingkungan tidak menguntungkan.
Pada prosesnya, sel Saccharomyces cerevisiae berfungsi sebagai askus. Nukleusnya yang diploid (2n) membelah secara meiosis, membentuk empat sel haploid(n).Inti-inti haploid tersebut akan dilindungi oleh dinding sel sehingga mem-bentuk askospora haploid (n). Dengan perlindungan ini askospora lebih tahan terhadap lingkungan buruk. Selanjutnya, empat askospora akan tumbuh dan menekan dinding askus hingga pecah, akhirnya spora menyebar. Jika spora jatuh pada tempat yang sesuai, sel-sel baru akan tumbuh membentuk tunas, sebagaimana terjadi pada fase aseksual. Dengan demikian Saccharomyces cerevisiae mengalami fase diploid (2n) dan fasehaploid (n) dalam daur hidupnya.
e.       Rhizopus sp.
Rhizopus.jpg
Gambar mikroskopik Rhizopus sp.
Menurut Soetrisno (1996) sifat-sifat jamur Rhizopus yaitu koloni berwarna putih berangsur-angsur menjadi abu-abu; stolon halus atau sedikit kasar dan tidak berwarna hingga kuning kecoklatan; sporangiofora tumbuh dari stolon dan mengarah ke udara, baik tunggal atau dalam kelompok (hingga 5 sporangiofora); rhizoid tumbuh berlawanan dan terletak pada posisi yang sama dengan sporangiofora; sporangia globus atau sub globus dengan dinding berspinulosa (duri-duri pendek) yang berwarna coklat gelap sampai hitam bila telah masak; kolumela oval hingga bulat, dengan dinding halus atau sedikit kasar; spora bulat, oval atau berbentuk elips atau silinder; suhu optimal untuk pertumbuhan 350C, minimal 5-70C dan maksimal 440C. Berdasarkan asam laktat yang dihasilkan Rhizopus termasuk mikroba heterofermentatif (Kuswanto dan Slamet, 1989).
f.       Aspergillus Oryzae
Aspergillus.jpg
Gambar mikroskopik Aspergillus Oryzae
Aspergillus oryzae mempunyai ciri-ciri spesifik antara lain adalah hifa septat dan miselium bercabang, biasanya tidak berwarna, yang terdapat dipermukaan merupakan hifa vegetatif, sedangkan yang muncul diatas permukaan umumnya merupakan hifa fertil; koloni kompak; konidiospora septat atau nonseptat, muncul dari “foot cell” (dinding sel yang membengkak dan berdinding tebal), konidiospora membengkak menjadi vesikel pada ujungnya, membawa sterigmata atau fialida biasanya sederhana, berwarna atau tidak berwarna; konidia membertuk rantai berwarna hijau, coklat atau hitam, beberapa spesies tumbuh baik pada suhu 37­0 atau lebih.
Jenis kapang ini mempunyai miselium yang bersekat-sekat. Pembiakan secara vegetatif dilakukan dengan konidia, sedangkan pembiakan secara generatif dilakukan dengan spora-spora yang dibentuk di dalam askus. Beberapa askus terdapat di dalam suatu tubuh buah. Pada umumnya, askus itu suatu ujung hifa yang mengandung 4 atau 8 buah spora.
g.      Actinomycetes
Menurut Nurkanto (2008) Actinomycetes memiliki karakter yang berbeda dibanding bakteri yang lain. Bentuk koloni Actinomycetes menyerupai koloni kapang dan bakteri, namun keragaman koloni Actinomycetes sangat bervariasi. Actinomycetes berbeda dari jamur dalam hal komposisi dinding selnya. Actinomycetes tidak memiliki kitin dan selulosa yang umum dijumpai dalam  dinding sel jamur.
Koloni-koloni di permukaan dapat berkembang bersama membentuk selaput permukaan yang halus atau berkeriput. Koloni-koloni pada media  padat biasanya dapat keras, kasar, dan dapat pula halus atau berkeriput, terkadang tumbuh tinggi di atas permukaan medium (Sutedjo, 1996).
Pengamatan yang lebih teliti pada suatu koloni  di bawah mikroskop stereo menunjukkan adaya miselium ramping bersel satu yang bercabang,diameter hifanya jarang melebihi satu micron (0,5-0,8 µ) yang membentuk spora aseksual  untuk perkembangbiakannya (Subba, 1994).
Misellium yang serial dapat berwarna putih, kelabu, merah, kuning, coklat, hijau atau suatu tipe pewarnaan lainnya. Hifa yang kemungkinannya pendek, cenderung berkembang dengan suatu penampilan yang pucat atau panjang membentuk semacam lapisan yang tebal, menutupi permukaan pada perkembangan vegetatif atau mungkin membentuk suatu jaringan yang halus (Sutedjo, 1996).
Di alam, Actinomycetes dapat ditemui sebagai konidia atau bentuk vegetatif. Populasi di alam dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kandungan organik, pH, kelembaban, temperatur, musim, kedalaman dan sebagainya (Suwandi, 2010).





BAB V
KESIMPULAN

            Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa cara membedakan karakteristik kultural suatu organisme adalah dengan mengetahui karakter makroskopis dan mikroskopisnya.
1.      Karakteristik makroskopis suatu mikroba dapat dilihat pada ukuran, pigmentasi, bentuk, tepi, dan elevasinya.
2.      Karakteristik mikroskopis suatu mikroba dapat dilihat dari jenis hifa, metode reproduksi, dan pembentukan askospora.



















DAFTAR PUSTAKA

Fardiaz, S., 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Frobisher, M. 1962.  Fundamental of Microbiology 6th Edition. London: WB Saunders Company.
Hidayat, Nur. 2006. Mikrobiologi Industri. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Kuswanto, K.R., dan Slamet Sudarmadji. 1988. Proses-proses Mikrobiologi Pangan. Yogyakarta: PAU Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada.
Madigan, Michael T and John M.Martinko. 2006. Biology of Microorganism. USA: Pearson Prentice Hall.
Pelczar. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI Press..
Pratiwi, Sylvia. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga.
Waluyo, L. 2005. Mikrobiologi Umum. Malang: MM Press.
Wesley A. Volk, Margaret F. Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar Jilid 1. Jakarta: Erlangga.