Rabu, 12 Maret 2014

MENGAGUNGKAN ILMU DAN AHLI ILMU



MENGAGUNGKAN ILMU DAN AHLI ILMU

Seorang pelajar/santri tidak akan memperoleh kesuksesan ilmu dan tidak pula ilmunya dapat bermanfaat, selain jika ia mau mengagungkan ilmu itu sendiri, ahli ilmu, dan menghormati keagungan gurunya
“Manusia tidak menjadi kafir karena maksiatnya, tapi menjadi kafir lantaran tidak mengagungkan Allah

1.      Mengagungkan Guru

Yang termasuk arti mengagungkan ilmu, yaitu menghormati guru/ustadz/dosen.
Ali ra berkata: “Saya akan menjadi hamba sahaya bagi orang yang telah mengajariku satu huruf. Terserah padanya, saya mau dijual, di merdekakan ataupun tetap menjadi hambanya.”
Guru kita Syaikhul Imam Sadiduddin Asy-Syairaziy berkata : Guru-guru kami berucap : Bagi orang yang ingin putranya alim, hendaklah suka memelihara, memulyakan, mengagungkan, dan menghaturkan hadiah(bisa berupa doa)  kepada kaum ahli agama yang tengah dalam pengembaraan ilmiyahnya. Kalau toh ternyata bukan putranya yang alim, maka cucunyalah nanti yang akan menjadi orang alim.”
Sedangkan yang termasuk perbuatan menghormati guru yaitu
Ø  Jangan berjalan di depannya
Ø  Duduk di tempatnya
Ø  Memulai mengajak bicara kecuali atas perkenan darinya
Ø  Berbicara macam-macam darinya dan menanyakan hal-hal yang membosankannya
Ø  Jika bertamu maka cukuplah dengan sabar menanti diluar hingga beliau sendiri yang keluar dari rumah
Ø  Melakukan hal-hal yang membuatnya rela
Ø  Tidak membuat guru kita marah
Ø  Menjunjung tinggi perintahnya yang tidak bertentangan dengan agama
Ø  Menghormati putra dan semua oarang yang bersangkut paut dengannya.

 Barang siapa melukai hati sang gurunya, maka berkah ilmunya tertutup dan hanya sedikit kemanfaatannya

2.      Memulyakan kitab

Yang termasuk pula arti mengagungkan ilmu yaitu memulyakan kitab/buku. Karena itu, sebaiknya seorang pelajar/santri jika mengambil kitabnya itu selalu dalam keadaan suci.
Ada sebuah cerita bahwa Syaikhul Imam Syamsul Aimmah As-sarkhasiy pada suatu malam mengulang kembali pelajaran-pelajarannya yang terdahulu, kebetulan terkena sakit perut. Jadi sering kentut. Untuk itu beliau melakukan 17 kali wudlu dalam satu malam tersebut, karena mempertahankan supaya belajar dalam keadaan suci.
Demikianlah sebab ilmu itu cahaya, wudlupun cahaya. Dan cahaya ilmu akan semakin cemerlang bila di barengi cahaya berwudlu.

Yang termasuk perbuatan memulyakan kitab/buku ialah :
Ø  Hendaknya jangan membentangkan kaki kearah kitab
Ø  Kitab tafsir letaknya diatas kitab-kitab lain
Ø  Jangan sampai menaruh sesuatu diatas kitab,baik itu bolpoin,pensil,penghapus,penggaris,dll.
Ø  Hendaklah menulis kitab sebaik mungkin. Jangan kabur, jangan pula membuat catatan penyela/penjelas yang membuat tulisan kitab tidak jelas lagi, kecuali terpaksa harus dibuat begitu.
Abu hanifah pernah mengetahui seorang santri yang tidak jelas tulisannya, lalu beliau berkata: “Jangan kau bikin tulisanmu tidak jelas, sedang kalau kau ada umur panjang akan hidup menyesal, dan jika mati akan dimaki.”
Maksudnya, jika kita semakin tua dan mata kita rabun, maka akan menyesali perbuatan kita itu.
Ø  Sebaiknya format kitab itu persegi empat, sebagaimana format itu pulalah kitab-kitab Abu Hanifah. Dengan format tersebut, akan lebih memudahkan jika dibawa, diletakkan dan di muthalaah kembali.
Sebaiknya pula jangan ada warna merah didalam kitab, karena hal itu perbuatan kaum filsafat bukan ulama salaf


3.      Menghormati Teman
Termasuk makna mengagungkan ilmu pula, yaitu menghormati teman belajar dan guru pengajar. Bercumbu rayu itu tidak dibenarkan, selain dalam menuntut ilmu


Sikap Selalu Hormat Dan Khidmah

Hendaknya pelajar/santri memperhatikan segala ilmu dan hikmah atas dasar selalu mengagungkan dan menghormati, sekalipun masalah yang itu-itu saja telah ia dengar seribu kali.
Jangan Memilih Ilmu Sendiri
Hendaknya pelajar/santri jangan menentukan pilihan sendiri terhadap ilmu yang akan dipelajari. Harus dikonsultasikan kepada gurunya, karena beliaulah yang telah berkali-kali melakukan percobaan serta beliau pula yang mengetahui ilmu yang sebaiknya diajarkan kepada seseorang dan sesuai dengan tabiatnya.
Syaikhul Imam Agung Ustadz Burhanul Haq Waddin ra. Berkata: “Para siswa dimasa dahulu dengan suka rela menyerahkan sepenuhnya urusan-urusan belajar kepada gurunya, ternyata mereka peroleh sukses apa yang di idamkan, tetapi sekarang banyak yang menentukan pilihan sendiri, akhirnyapun gagal cita-citanya dan tidak bisa mendapatkan ilmu dan fihq.”
Ada sebuah cerita bahwa Muhammad bin Ismail Al-Bukhariy (Imam Buchori) pada mulanya adalah belajar shalat kepada Muhammad Ibnul Hasan. Lalu sang guru ini memerintahkan kepadanya : “Pergilah belajar ilmu hadist! “setelah mengetahui justru ilmu inilah yang lebih sesuai untuk Bukhariy. Akhirnya pun ia belajar hadist hingga menjadi imam hadist paling terkemuka.

Jangan Duduk Terlalu Dekat Dengan Guru

Diwaktu belajar, hendaklah jangan duduk terlalu mendekati gurunya, selain bila terpaksa(misalnya ruangnya tidak muat,dll). Duduklah sejauh antar busur panah. Karena dengan begitu, akan terlihat mengagungkan sang guru.

Menyingkiri Akhlak Tercela

Seorang pelajar/santri harus selalu menjaga dirinya daripada akhlak-akhlak yang tercela. Karena akhlak buruk itu ibarat anjing.
Rasulullah saw bersabda: “Malaikat tidak akan masuk rumah yang di dalamnya terdapat gambar atau anjing”
Padahal orang belajar itu dengan perantara malaikat. Dan terutama yang disingkiri adalah sikap takabur dan sombong.

“SESUNGGUHNYA ILMU YANG BERMANFAAT ADALAH ILMU YANG MENYELAMATKANMU”

SEMOGA BERMANFAAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar