MENGAGUNGKAN
ILMU DAN AHLI ILMU
“Seorang pelajar/santri tidak akan memperoleh kesuksesan ilmu dan tidak pula
ilmunya dapat bermanfaat, selain jika ia
mau mengagungkan ilmu itu sendiri, ahli ilmu, dan menghormati keagungan gurunya”
“Manusia tidak menjadi kafir karena
maksiatnya, tapi menjadi kafir lantaran tidak
mengagungkan Allah”
1.
Mengagungkan
Guru
Yang termasuk
arti mengagungkan ilmu, yaitu menghormati
guru/ustadz/dosen.
Ali ra berkata: “Saya akan menjadi hamba sahaya bagi
orang yang telah mengajariku satu huruf. Terserah padanya, saya mau dijual, di
merdekakan ataupun tetap menjadi hambanya.”
Guru
kita Syaikhul Imam Sadiduddin Asy-Syairaziy berkata : Guru-guru kami berucap : “Bagi
orang yang ingin putranya alim, hendaklah suka memelihara, memulyakan,
mengagungkan, dan menghaturkan hadiah(bisa berupa
doa) kepada kaum ahli
agama yang tengah dalam pengembaraan ilmiyahnya. Kalau toh ternyata bukan
putranya yang alim, maka cucunyalah nanti yang akan
menjadi orang alim.”
Sedangkan yang
termasuk perbuatan menghormati guru yaitu
Ø Jangan berjalan di depannya
Ø
Duduk di tempatnya
Ø
Memulai
mengajak bicara kecuali atas perkenan darinya
Ø
Berbicara
macam-macam darinya dan menanyakan hal-hal yang
membosankannya
Ø
Jika bertamu
maka cukuplah dengan sabar menanti diluar
hingga beliau sendiri yang keluar dari rumah
Ø
Melakukan
hal-hal yang membuatnya rela
Ø
Tidak membuat
guru kita marah
Ø
Menjunjung
tinggi perintahnya yang tidak bertentangan dengan agama
Ø Menghormati putra dan semua oarang
yang bersangkut paut dengannya.
“Barang
siapa melukai hati sang gurunya, maka berkah
ilmunya tertutup dan hanya sedikit kemanfaatannya”
2. Memulyakan kitab
Yang termasuk pula arti mengagungkan ilmu yaitu memulyakan kitab/buku. Karena
itu, sebaiknya seorang pelajar/santri jika mengambil kitabnya itu selalu dalam keadaan suci.
Ada sebuah
cerita bahwa Syaikhul Imam Syamsul Aimmah
As-sarkhasiy pada suatu malam mengulang kembali pelajaran-pelajarannya yang terdahulu, kebetulan terkena sakit perut. Jadi
sering kentut. Untuk itu beliau melakukan 17 kali wudlu dalam satu
malam tersebut, karena mempertahankan supaya belajar dalam keadaan suci.
Demikianlah sebab ilmu itu cahaya, wudlupun cahaya. Dan cahaya ilmu akan semakin
cemerlang bila di barengi cahaya berwudlu.
Yang termasuk perbuatan memulyakan kitab/buku ialah
:
Ø Hendaknya jangan membentangkan kaki
kearah kitab
Ø
Kitab
tafsir letaknya diatas kitab-kitab lain
Ø
Jangan
sampai menaruh sesuatu diatas kitab,baik itu bolpoin,pensil,penghapus,penggaris,dll.
Ø
Hendaklah menulis kitab sebaik mungkin. Jangan kabur, jangan pula
membuat catatan penyela/penjelas yang membuat tulisan kitab tidak jelas lagi,
kecuali terpaksa harus dibuat begitu.
Abu hanifah pernah mengetahui seorang santri yang tidak jelas tulisannya, lalu beliau berkata: “Jangan kau bikin tulisanmu tidak jelas, sedang kalau kau ada umur panjang akan hidup menyesal, dan jika mati akan
dimaki.”
Maksudnya, jika kita
semakin tua dan mata kita rabun, maka akan menyesali perbuatan kita
itu.
Ø
Sebaiknya
format kitab itu persegi empat, sebagaimana format itu pulalah kitab-kitab Abu
Hanifah. Dengan format tersebut, akan lebih memudahkan jika dibawa, diletakkan
dan di muthalaah kembali.
Sebaiknya
pula jangan ada warna merah didalam kitab, karena hal itu perbuatan kaum
filsafat bukan ulama salaf
3. Menghormati Teman
Termasuk
makna mengagungkan ilmu pula, yaitu menghormati teman belajar dan guru
pengajar. Bercumbu rayu itu tidak dibenarkan, selain dalam menuntut ilmu
Sikap Selalu Hormat Dan Khidmah
Hendaknya
pelajar/santri memperhatikan segala ilmu dan
hikmah atas dasar selalu mengagungkan dan menghormati, sekalipun masalah yang
itu-itu saja telah ia dengar seribu kali.
Jangan
Memilih Ilmu Sendiri
Hendaknya pelajar/santri jangan menentukan pilihan sendiri
terhadap ilmu yang akan dipelajari. Harus dikonsultasikan kepada gurunya, karena beliaulah yang telah berkali-kali melakukan percobaan serta beliau pula yang mengetahui ilmu yang sebaiknya diajarkan kepada
seseorang dan sesuai dengan tabiatnya.
Syaikhul
Imam Agung Ustadz Burhanul Haq Waddin ra. Berkata: “Para siswa dimasa dahulu
dengan suka rela menyerahkan sepenuhnya urusan-urusan belajar kepada gurunya,
ternyata mereka peroleh sukses apa yang di idamkan, tetapi sekarang banyak yang
menentukan pilihan sendiri, akhirnyapun gagal cita-citanya dan tidak bisa
mendapatkan ilmu dan fihq.”
Ada sebuah
cerita bahwa Muhammad bin Ismail
Al-Bukhariy (Imam Buchori) pada mulanya adalah belajar shalat
kepada Muhammad Ibnul Hasan. Lalu sang guru ini memerintahkan kepadanya :
“Pergilah belajar ilmu hadist! “setelah mengetahui justru ilmu inilah yang
lebih sesuai untuk Bukhariy. Akhirnya pun ia belajar hadist hingga menjadi imam
hadist paling terkemuka.
Jangan Duduk Terlalu Dekat Dengan
Guru
Diwaktu belajar, hendaklah jangan duduk terlalu mendekati
gurunya, selain bila terpaksa(misalnya ruangnya tidak muat,dll).
Duduklah sejauh antar busur panah. Karena dengan begitu, akan terlihat
mengagungkan sang guru.
Menyingkiri
Akhlak Tercela
Seorang pelajar/santri harus
selalu menjaga dirinya daripada akhlak-akhlak yang tercela. Karena akhlak buruk
itu ibarat anjing.
Rasulullah saw bersabda: “Malaikat
tidak akan masuk rumah yang di dalamnya terdapat gambar atau anjing”
Padahal orang belajar itu dengan
perantara malaikat. Dan terutama yang disingkiri adalah sikap takabur dan
sombong.
“SESUNGGUHNYA
ILMU YANG BERMANFAAT ADALAH ILMU YANG MENYELAMATKANMU”
SEMOGA BERMANFAAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar