LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI UMUM
KARAKTERISTIK
MIKROBA : MORFOLOGI MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS
Pelaksanaan Praktikum : 18 Oktober 2013
Dosen asistensi :
Drs. Agus Supriyanto, M.Kes.
PROGRAM STUDI S1 BIOLOGI
DEPARTEMEN
BIOLOGI
FAKULTAS
SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS
AIRLANGGA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Kultur
murni atau biakan murni sangat berguna didalam mikrobiologi, yaitu untuk
menelaah dan mengidentifikasi mikroorganisme, termasuk penelaahan ciri-ciri kultural,
morfologis, fisiologis, maupun serologis. Sifat organisme dalam suatu biakan
murni dapat dipelajari dengan metode yang amat keras dengan hasil yang sangat
akurat karena pengaruh sel hidup yang lain dapat ditiadakan (Volk, 1993).
Karakterisasi
terbagi dalam dua tahap yaitu klasifikasi dan
identifikasi. Untuk dapat mengidentifikasi dan mengkasifikasi suatu
mikroorganisme, maka kita harus mempelajari karakteristik mikroorganisme
tersebut terlebih dahulu (Pelczar, 1993). Klasifikasi merupakan
pengelompokan mikroba ke dalam suatu kelompok taksonomi tertentu. Teori identifikasi mikroba merupakan perbandingan
antara yang tidak diketahui dan yang diketahui. Tingkat keakuratan dari
identifikasi bergantung pada ketelitian kerja preparasi seperti pembuatan
media, pembuatan reagen dan pewarnaan, dan ketelitian dalam melakukan, mengamati,
dan mencatat berbagai uji.
Prosedur dalam melakukan identifikasi, yaitu
pertama kita harus menentukan apakah suatu organisme yang belum dikenal
termasuk dalam kelompok besar dari suatu mikroorganisme atau tidak, kedua yang
harus dilakukan adalah memurnikan kultur dari mikroorganisme tersebut, ketiga
yaitu menentukan tipe pertumbuhan dari organisme tersebut, keempat adalah
mempelajari kultur murni tersebut (Frobisher, 1962). Jenis mikroba itu sendiri ada empat yaitu bakteri,
khamir, kapang, dan Actinomycetes.
Berdasarkan
hal tersebut, maka
dilakukanlah praktikum ini untuk mempelajari cara membedakan karakteristik
kultural mikroorganisme dengan baik
dan benar. Sehingga diharapkan dapat melakukan identifikasi dan
klasifikasi mikroba dalam kelompok taksonominya.
.
1.2.
Rumusan
Masalah
Rumusan
masalah dari praktikum ini adalah bagaimanakah cara membedakan karakteristik
kultural mikroorganisme?
1.3. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat
membedakan karakteristik kultural mikroorganisme yang menjadi syarat utama
dalam upaya mengidentifikasi dan mengklasifikasi organisme dalam kelompok
taksonominya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Karakterisasi
Mikroba
Mikroorganisme
memiliki perbedaan penampakan makroskopis dalam perkembangannya apabila
ditumbuhkan dalam media yang berbeda-beda. Perbedaan yang terjadi dikarenakan
mikroorganisme memiliki karakteristik kultural. Karakteristik kultural
digunakan sebagai dasar untuk memisahkan mikroorganisme ke dalam
kelompok-kelompok taksonomi. Pada
praktikum kali ini, dilakukan pengidentifikasian pada koloni mikroorganisme
yang tumbuh pada media nutrient agar cawan. Karakteristik koloni yang tumbuh
terpisah dengan baik dapat dievaluasi dengan cirri-ciri sebagai berikut:
1. Ukuran : pinpoint (titik sangat
kecil), small (kecil), moderate (sedang), large (lebar).
2. Pigmentasi : warna koloni.
3. Bentuk
a. Circular : tepian yang teratur/tidak patah.
b. Irregular : tepian yang berlekuk.
c. Rhizoid : pertumbuhan menyebar seperti akar.
4. Tepi
a. Entire : sangat rata
b. Lobate : lekukan yang jelas
c. Undulate : lekukan seperti gelombang
d. Serrate : bergerigi
e. Filamentous : seperti benang, tepian menyebar
5. Elevasi : Sudut penonjolan pertumbuhan
koloni pada permukaan agar, yang digambarkan sebagai berikut:
a. Flat :
datar, elevasi tidak nyata.
b. Raised : sedikit menonjol.
c. Convex : elevasi berbentuk kubah.
d. Umbonate : menonjol dengan elevasi konveks di
bagian tengah.
2.2.
Bakteri
Bakteri merupakan mikrobia uniseluler yang termasuk dalam kelas
Shizomycetes (Soetarto, 2008) dan merupakan organisme
prokariotik yang berukuran mikroskopis sehingga bakteri tidak dapat dilihat
langsung oleh mata telanjang tetapi dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop (Waluyo, 2004). Untuk menelaah karakteristik bakteri di laboratorium kita
harus dapat menumbuhkannya dalam biakan murni. Untuk melakukan hal ini haruslah dimengerti jenis-jenis
nutrient yang disyaratkan oleh bakteri dan juga macam lingkungan fisik yang
menyediakan kondisi optimum bagi pertumbuhannya. Beberapa
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri antara lain temperatur,
kelembaban, sinar matahari, zat kimia, antibiotik, logam berat, dan
senyawa-senyawa kimia tertentu yang dapat menghambat bahkan mematikan bakteri. Oleh
karena itu, kondisi harus disesuaikan sedemikian sehingga menguntungkan bagi bakteri
yang sedang ditelaah (Pelczar, 1986). Karena
itu untuk mencirikan beberapa kelompok bakteri, janganlah mengharapkan sifat
yang sama seperti yang digambarkan dan digunakan secara seragam untuk setiap
kelompok. Melainkan akan terlihat bahwa setiap kelompok itu dicirikan oleh
sifat-sifat yang paling nyata untuk kelompok tersebut yakni ciri-ciri yang
dengan segera memisahkan kelompok-kelompok itu dari yang lainnya.
Dari berbagai macam jenis mikroba, bekterilah yang
mempunyai bentuk/morfologi koloni yang variatif, baik bentuk koloni, bentuk
elevasi, tepian maupun struktur dalam koloni bakteri (Waluyo, 2011).
2.3. Khamir
Khamir
adalah fungi ekasel (uniselular), organisme eukariota, uniseluler, heterotrof
yang termasuk dalam kingdom Eumycota dan keberadaanya tersebar pada berbagai
habitat, pada beberapa jenis spesiesnya umum digunakan untuk membuat roti,
fermentasi minuman beralkohol, dan bahkan digunakan percobaan sel bahan bakar (Nagahama,
2006). Khamir (yeast) merupakan bentuk fungi berupa sel tunggal dengan
pembelahan sel melalui pertunasan (Pratiwi, 2008). Khamir dapat membentuk
lapisan filament di atas permukaan medium cair. Produksi pigmen karoteroid
menandakan adanya pertumbuhan genus Rhodotorula (Entjang, 2003). Sel khamir mempunyai ukuran yang
bervariasi, yaitu dengan panjang 1-5 µm sampai 20-50µm, dan lebar 1-10µm. Sel
vegetatif yang berbentuk apikulat atau lemon merupakan karakteristik grup
khamir yang ditemukan pada tahap awal fermentasi alami buah-buahan dan bahan
lain yang mengandung gula. Sel khamir mempunyai bentuk yang bermacam-macam
seperti bulat, oval, silinder, dan bulat. Bentuk-bentuk dari sel khamir
tersebut dapat membantu dalam mempermudah untuk pengindentifikasian dari khamir
(Fardiaz, 1989).
Khamir
pada umumnya diklasifikasikan berdasarkan sifat-sifat fisiologinya dan tidak
atas perbedaan morfologinya seperti pada kapang. Beberapa khamir tidak
membentuk spora dan digolongkan ke dalam dungi Imperfekti, dan yang lainnya
membentuk spora seksual sehingga digolongkan ke dalam Ascomycetes dan
Basidiomycetes. Khamir dapat melakukan reproduksi atau perkembangbiakan dengan
beberapa cara yaitu : pertunasan, pembelahan, pembelahan tunas, yaitu kombinasi
antara pertunasan dan pembelahan sporulasi atau pembetukan spora yang dapat
dibedakan atas 2 macam yaitu : spora
aseksual dan spora seksual (Fardiaz, 2002).
2.4. Kapang
Kapang
adalah fungi multiseluler yang mempunyai filamen, dan pertumbuhannya pada
makanan mudah dilihat karena penampakkannya yang berserabut seperti kapas.
Pertumbuhannya mula-mula akan berwarna putih, tetapi jika spora telah timbul
akan terbentuk berbagai warna tergantung dari jenis kapang. Sifat-sifat
morfologi kapang baik penampakkan mikroskopik dan makroskopik digunakan dalam
identifikasi dan klasifikasi kapang (Hidayat, 2006). Kapang merupakan
mikroorganisme yang termasuk dalam anggota Kingdom Fungi yang membentuk hifa.
Kapang bukan merupakan kelompok taksonomi yang resmi, sehingga anggota-anggota
dari kapang tersebar ke dalam filum Glomeromycota, Ascomycota, dan
Basidiomycota. Menurut Fardiaz (1992), kapang terdiri dari suatu thallus yang
tersusun dari filamen yang bercabang yang disebut hifa. Kumpulan dari hifa membentuk
suatu jalinan yang disebut miselium. Setiap hifa memiliki lebar 5-10 µm (Pelczar,
1986).
2.5.
Actinomycetes
Actinomycetes adalah nama kolektif untuk delapan suku
bakteri yang berbeda yang tumbuh sebagai filamen sel yang bercabang panjang
atau pendek dan termasuk bakteri gram positif yang memiliki rentang distribusi yang
luas di alam. Actinomycetes adalah bakteri yang tidak tahan asam, memiliki
filamen diawal pertumbuhannya. Actinomycetes dapat bersifat anaerob
fakultatif dan mampu memfermentasikan karbohidrat. Actinomycetes
mempunyai beberapa
manfaat yaitu mendekomposisi bahan organik, menghasilkan
antibiotik yang dapat menghambat bahkan mematikan mikroba lainnya (khususnya
yang pathogen),
mengikat struktur tanah liat sehingga dapat memperbaiki sifat fisik tanah, dan dapat
menghilangkan bau, dengan zat-zat metabolik yang dikeluarkannya. Selain
itu Actinomycetes memegang peranan penting dalam proses
biodegradasi senyawa polimer dan memobilisasi unsur hara makro dan mikro,
sehingga berperan sentral dalam menjaga kestabilan ekosistem (Nurkanto, 2008). Populasi
dan jenis Actinomycetes terbanyak dijumpai di tanah, sehingga Actinomycetes
dianggap sebagai bakteri tanah.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1.
Waktu
dan Tempat Praktikum
Tempat
: Ruang 226 Fakultas Sains dan Teknologi Kampus C Universitas
Airlangga
Tanggal : 18 Oktober 2013
Pukul : 13.00-14.40
3.2. Alat
dan bahan
3.2.1.
Bahan
a.
Kultur
Pseudomonas aeruginosa, Micrococcus luteus, Escherichia coli, Bacillus
cereus, dan Mycobacterium smegmatis.
b.
Nutrient
agar cawan.
3.2.2.
Alat
a.
Bunsen
b.
Jarum
inokulasi
c.
Loop
d.
Tusuk
3.3. Prosedur
Kerja
1.
Memberi
label masing-masing cawan petri dengan nama organisme yang akan diinokulasikan.
2.
Melakukan
inokulasi dengan teknik steril pada media nutrient agar cawan. Dengan loop
steril, menginokulasikan mikroorganisme dengan cara metode gores untuk
mendapatkan koloni yang terpisah.
3.
Menginkubasi
semua kultur pada temperature 37ºC selama 24 hingga 48 jam.
4.
Membedakan
karakteristik kultural mikroorganisme pada media yang telah ditanami.
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Mikroorganisme
apabila ditumbuhkan pada bermacam-macam jenis media, akan menghasilkan
perbedaan dalam penampakan makroskopis pertumbuhannya. Perbedaan-perbedaan ini
disebut karakteristik kultural dan digunakan sebagai dasar untuk memisahkan
mikroorganisme ke dalam kelompok-kelompok taksonomi.
Pada
praktikum kali ini, mikroorganisme tersebut ditumbuhkan dalam media nutrient
agar cawan. Berdasarkan hasil pengamatan, tiap mikroorganisme memiliki
ciri-ciri yang khas, walaupun sama jenis mikrobanya. Misalnya antara Rhizopus dengan Aspergillus Oryzae, yang sama-sama termasuk ke dalam mikroba jenis
kapang. Pada Rhizopus diketahui bahwa
koloni mempunyai tekstur seperti kapas dan berwarna putih. Sedangkan pada Aspergillus Oryzae mempunyai tekstur
seperti granular (butiran) dan berwarna hijau pada permukaan atas (top), serta
kuning-oranye pada permukaan bawah (reverse).
Berikut
adalah penjelasan karakteristik morfologi makroskopis pada tiap mikroorganisme:
No.
|
Gambar
|
Nama
|
Karakteristik
|
1.
|
Escherichia coli
|
·
Tekstur :
Licin mengkilap
·
Ukuran : Small
(kecil)
·
Pigmentasi :
Hijau metalik
·
Bentuk koloni
: Circular (tepian teratur)
·
Tepi : Entire
(sangat rata)
·
Elevasi : convex
(elevasi berbentuk kubah)
|
|
2.
|
Bacillus cereus
|
·
Tekstur : Berlekuk
·
Ukuran : large
(lebar)
·
Pigmentasi :
Krem
·
Bentuk koloni
: Irregular (tepian yang berlekuk)
·
Tepi : Lobate
(lekukan yang jelas)
·
Elevasi :
Raised (sedikit menonjol)
|
|
3.
|
Pseudomonas aeruginosa
|
·
Tekstur :
Licin mengkilap
·
Ukuran : moderate
(sedang)
·
Pigmentasi :
Hijau
·
Bentuk koloni
: Circular (tepian teratur)
·
Tepi : Entire
(sangat rata)
·
Elevasi : Flat
(datar, elevasi tidak nyata)
|
|
4.
|
Saccharomyces cereviceae
|
·
Tekstur :
Kusam
·
Ukuran : Small
(kecil) oval terdapat budding
·
Pigmentasi :
Putih
·
Bentuk koloni
: Circular (tepian teratur)
·
Tepi : Entire
(sangat rata)
·
Elevasi :
Raised (sedikit menonjol)
|
|
5.
|
Rhizopus sp.
|
·
Tekstur :
Seperti kapas
·
Ukuran : Large
(lebar)
·
Pigmentasi :
Putih
·
Bentuk koloni
: Rhizoid (menyebar seperti akar)
·
Tepi : Filamentous
(seperti benang tepian menyebar)
·
Elevasi :
Convex (elevasi berbentuk kubah)
·
Zonasi : Tidak
ada
·
Cleavage
furrow : Tidak ada
|
|
6.
|
Aspergillus oryzae
|
·
Tekstur :
Granular (seperti butiran)
·
Ukuran
Moderate (sedang)
·
Pigmentasi : hijau
(top), kuning-oranye (reverse)
·
Bentuk koloni
: Rhizoid (menyebar seperti akar)
·
Tepi :
Filamentous (seperti benang tepian menyebar)
·
Elevasi :
convex (elevasi berbentuk kubah)
·
Zonasi : Ada
·
Cleavage
furrow : Tidak ada
|
|
7.
|
Actinomycetes
|
·
Tekstur :
Bludru
·
Ukuran : Moderate
(sedang)
·
Pigmentasi :
Putih
·
Bentuk koloni
: Rhizoid (menyebar seperti akar)
·
Tepi :
Filamentus (seperti benang tepian menyebar)
·
Elevasi :
convex (elevasi berbentuk kubah)
|
Sedangkan
karakteristik morfologi mikroskopis tiap mikroorganisme antara lain sebagai
berikut:
a.
Escherichia coli
Gambar mikroskopik Escherichia coli
Escherichia coli merupakan bakteri dari kelompok gram
negatif, berbentuk batang dari pendek sampai kokus, saling terlepas antara satu
dengan yang lainnya tetapi ada juga yang bergandeng dua-dua (diplobasil) dan
ada juga yang bergandeng seperti rantai pendek, tidak membentuk spora maupun
kapsula, berukuran 0,4 – 0,7 µm x 1-3 µm. Bakteri ini bersifat pathogen dan banyak ditemukan pada saluran
pencernaan manusia, tetapi saat berada di
lingkungan, bakteri pembusuk ini berfungsi sebagai pengurai dan penyedia
nutrisi bagi tumbuhan (Sri, 2010).
b.
Bacillus cereus
Gambar mikroskopik Bacillus cereus
Bacillus cereus merupakan
bakteri gram positif dengan sel batang berukuran 0,3-22x1,27-7 πm, aerob fakultatif (dapat
menggunakan oksigen tetapi dapat juga menghasilkan energi secara anaerobik), dan
dapat membentuk spora (endospora). Spora Bacillus cereus lebih tahan
pada panas kering daripada pada panas lembab dan dapat bertahan lama pada
produk yang kering dan tidak membengkakkan
sporangiumnya (Vecci
dan Drago, 2006). Bakteri ini dapat ditemukan di tanah, pada sayuran maupun
produk pangan (Tay, 1982).
c.
Pseudomonas aeruginosa
Pseudomonas aeruginosa merupakan
bakteri hidrokarbonoklastik yang mampu mendegradasi berbagai jenis hidrokarbon
termasuk bakteri gram negatif, berbentuk batang dengan ukuran sekitar 0,6 x 2
μm. Bakteri ini bersifat aerob, katalase positif, oksidase positif, tidak mampu
memfermentasi tetapi dapat mengoksidasi glukosa/karbohidrat lain, tidak
berspora, tidak mempunyai selubung (sheat), berkapsul dan mempunyai flagel
monotrika (flagel tunggal pada kutub) sehingga selalu bergerak, serta merupakan
patogen utama bagi manusia dan disebut disebut patogen oportunistik, yaitu
memanfaatkan kerusakan pada mekanisme pertahanan inang untuk memulai suatu
infeksi.
d. Saccharomyces cerevisiae
Saccharomyces cerevisiae
merupakan fungsi mikroskopis, bersel tunggal dan tidak memiliki badan buah,
sering disebut sebagai ragi, khamir, atau yeast. S. cerevisiae
dimanfaatkan dalam pembuatan roti, tape, peuyeum, minuman anggur, bir, dan
sake. Proses yang terjadi dalam pembuatan makanan tersebut
adalah fermentasi.
Sel-sel
Saccharomyces cerevisiae dapat
bertunas sehingga membentuk rantai sel yang menyerupai hifa atau hifa semu. Saccharomyces cerevisiae dapat
berkembang biak secara seksual dan aseksual.Perkembangbiakan aseksual diawali
dengan menonjolnya dinding sel ke luar membentuk tunas kecil. Tonjolan membesar
dan sitoplasma mengalir ke dalamnya sehingga sel menyempit pada bagian
dasarnya. Selanjutnya nukleus dalam sel induk membelah secara mitosis dan satu
anak inti bergerak ke dalam tunas tadi. Sel anak kemudian memisahkan diri dari
induknyaatau membentuk tunas lagi hingga membentuk koloni. Dalam keadaan optimum
satu sel dapat membentuk koloni dengan 20 kuncup. Perkembangbiakan seksual terjadi jika keadaan lingkungan
tidak menguntungkan.
Pada prosesnya,
sel Saccharomyces cerevisiae
berfungsi sebagai askus. Nukleusnya yang diploid (2n) membelah secara meiosis,
membentuk empat sel haploid(n).Inti-inti haploid tersebut akan dilindungi oleh
dinding sel sehingga mem-bentuk askospora haploid (n). Dengan perlindungan ini
askospora lebih tahan terhadap lingkungan buruk. Selanjutnya, empat askospora
akan tumbuh dan menekan dinding askus hingga pecah, akhirnya spora menyebar. Jika
spora jatuh pada tempat yang sesuai, sel-sel baru akan tumbuh membentuk tunas,
sebagaimana terjadi pada fase aseksual. Dengan demikian Saccharomyces cerevisiae mengalami fase
diploid (2n) dan fasehaploid (n) dalam daur hidupnya.
e. Rhizopus sp.
Gambar
mikroskopik Rhizopus sp.
Menurut
Soetrisno (1996) sifat-sifat jamur Rhizopus yaitu koloni berwarna putih berangsur-angsur
menjadi abu-abu; stolon halus atau sedikit kasar dan tidak berwarna hingga
kuning kecoklatan; sporangiofora tumbuh dari stolon dan mengarah ke udara, baik
tunggal atau dalam kelompok (hingga 5 sporangiofora); rhizoid tumbuh berlawanan
dan terletak pada posisi yang sama dengan sporangiofora; sporangia globus atau
sub globus dengan dinding berspinulosa (duri-duri pendek) yang berwarna coklat
gelap sampai hitam bila telah masak; kolumela oval hingga bulat, dengan dinding
halus atau sedikit kasar; spora bulat, oval atau berbentuk elips atau silinder;
suhu optimal untuk pertumbuhan 350C, minimal 5-70C dan
maksimal 440C. Berdasarkan asam laktat yang dihasilkan Rhizopus termasuk
mikroba heterofermentatif (Kuswanto dan Slamet, 1989).
f. Aspergillus Oryzae
Gambar mikroskopik Aspergillus Oryzae
Aspergillus
oryzae mempunyai ciri-ciri spesifik antara
lain adalah hifa septat dan miselium bercabang, biasanya tidak berwarna, yang
terdapat dipermukaan merupakan hifa vegetatif, sedangkan yang muncul diatas
permukaan umumnya merupakan hifa fertil; koloni kompak; konidiospora septat atau
nonseptat, muncul dari “foot cell” (dinding sel yang membengkak dan berdinding
tebal), konidiospora
membengkak menjadi vesikel pada ujungnya, membawa sterigmata atau fialida
biasanya sederhana, berwarna atau tidak berwarna; konidia membertuk
rantai berwarna hijau, coklat atau hitam, beberapa spesies tumbuh baik pada
suhu 370 atau lebih.
Jenis kapang ini
mempunyai miselium yang bersekat-sekat. Pembiakan secara vegetatif dilakukan
dengan konidia, sedangkan pembiakan secara generatif dilakukan dengan
spora-spora yang dibentuk di dalam askus. Beberapa askus terdapat
di dalam suatu tubuh buah. Pada umumnya, askus itu suatu ujung hifa yang
mengandung 4 atau 8 buah spora.
g. Actinomycetes
Menurut Nurkanto (2008)
Actinomycetes memiliki karakter yang berbeda dibanding bakteri yang lain.
Bentuk koloni Actinomycetes menyerupai koloni kapang dan bakteri, namun
keragaman koloni Actinomycetes sangat bervariasi. Actinomycetes berbeda dari
jamur dalam hal komposisi dinding selnya. Actinomycetes tidak memiliki kitin
dan selulosa yang umum dijumpai dalam dinding sel jamur.
Koloni-koloni
di permukaan dapat berkembang bersama membentuk selaput permukaan yang halus
atau berkeriput. Koloni-koloni pada media padat biasanya dapat keras,
kasar, dan dapat pula halus atau berkeriput, terkadang tumbuh tinggi di atas
permukaan medium
(Sutedjo, 1996).
Pengamatan yang lebih teliti pada
suatu koloni di bawah mikroskop stereo menunjukkan adaya miselium ramping
bersel satu yang bercabang,diameter hifanya jarang melebihi satu micron
(0,5-0,8 µ) yang membentuk spora aseksual untuk perkembangbiakannya
(Subba, 1994).
Misellium yang serial dapat berwarna
putih, kelabu, merah, kuning, coklat, hijau atau suatu tipe pewarnaan lainnya.
Hifa yang kemungkinannya pendek, cenderung berkembang dengan suatu penampilan
yang pucat atau panjang membentuk semacam lapisan yang tebal, menutupi
permukaan pada perkembangan vegetatif atau mungkin membentuk suatu jaringan
yang halus (Sutedjo, 1996).
Di alam,
Actinomycetes dapat ditemui sebagai konidia atau bentuk vegetatif. Populasi di
alam dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kandungan organik, pH,
kelembaban, temperatur, musim, kedalaman dan sebagainya (Suwandi, 2010).
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa cara membedakan karakteristik kultural suatu organisme adalah
dengan mengetahui karakter makroskopis dan mikroskopisnya.
1.
Karakteristik
makroskopis suatu mikroba dapat dilihat pada ukuran, pigmentasi, bentuk, tepi,
dan elevasinya.
2.
Karakteristik
mikroskopis suatu mikroba dapat dilihat dari jenis hifa, metode reproduksi, dan
pembentukan askospora.
DAFTAR PUSTAKA
Fardiaz,
S., 1992. Mikrobiologi Pangan 1.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Frobisher,
M. 1962. Fundamental of
Microbiology 6th Edition. London:
WB Saunders Company.
Hidayat,
Nur. 2006. Mikrobiologi Industri.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Kuswanto,
K.R., dan Slamet Sudarmadji. 1988. Proses-proses Mikrobiologi Pangan. Yogyakarta: PAU
Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada.
Madigan, Michael T and John M.Martinko. 2006.
Biology of Microorganism. USA: Pearson Prentice Hall.
Pelczar.
1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi.
Jakarta: UI Press..
Pratiwi,
Sylvia. 2008. Mikrobiologi Farmasi.
Jakarta: Erlangga.
Waluyo,
L. 2005. Mikrobiologi Umum. Malang: MM Press.
Wesley
A. Volk, Margaret F. Wheeler. 1993. Mikrobiologi
Dasar Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar